Musibah Lenyapkan Prasangka

Nama ku Viola Putri Davina  , aku adalah pewaris tunggal dari “Davina Grup” tak ada yang tidak mengenali keluargaku. Merasakan kebahagiaan seutuhnya mungkin adalah suatu impian bagi semua orang, begitupun dengan aku. Ingin rasanya merasakan satu kata yaitu kebahagiaan , hidup dengan kebahagiaan yang sebenarnya bukan dengan kepalsuan yang kuinginkan . Kehidupan ku mungkin jika di bandingkan dengan orang lain yang setiap harinya berusaha keras hanya untuk mendapatkan sesuap nasi. Aku merasa beruntung di bandingkan dengan mereka yang hidup serba kekurangan. Tapi sebagai remaja perempuan biasa hal yang aku butuhkan bukan hanya sekedar harta yang berlimpah, bukan hidup dalam kemewahan yang selalu di berikan papa dan mama untukku. Yang paling aku butuhkan adalah kasih sayang dan perhatian yang tulus bukan semua ini. Terkadang aku merasa iri dengan teman-teman ku yang mempunyai orang tua yang sangat peduli dengan apa yang sedang mereka alami, walaupun hidup tanpa harta yang berlimpah tapi mereka terlihat sangat bahagia dan menikmati hidup, karena bagi mereka yang terpenting hanyalah kebersamaan dalam suatu keluarga, senang sedih selalu mereka lalui bersama. Aku sering merasa sedih dan terharu jika berkunjung ke rumah salah satu teman sekolahku, ibunya selalu menanyakan apa yang terjadi pada dia di sekolah , selalu bertanya bagaimana dengan nilai yang di dapat, apa saja kesulitan yang dia hadapi saat belajar hari ini, aku hanya bisa menyembunyikan tangis ku, rasa sedih berkecamuk dalam batinku. Aku ingin mama memperhatikan ku seperti ibu teman ku, tapi semua terasa sangat mustahil untuk terjadi, mama dan papa sepertinya lebih mementingkan dan menyayangi pekerjaannya, bahkan mereka lebih sering bertemu dengan rekan kerjanya di bandingkan dengan aku.
Mama dan papa biasanya pulang kerumah jika aku sudah tertidur pulas dan pergi pada pagi hari ketika aku sedang bersiap dikamar untuk pergi sekolah, bertemu dengan mereka adalah hal yang sangat sulit, jika aku ingin membicarakan sesuatu hal yang penting bahkan aku harus membicarakannya dari jauh hari atau menulis pesan dam menempelkan surat itu di pintu lemari es agar mereka bisa mengatur kapan jadwal mereka kosong. Ingin bertemu dengan orang tua sendiri sudah seperti  ingin bertemu dengan bapak presiden saja. Hidupku memang sangat menyedihkan, bagi mereka yang tidak mengetahui apa yang sebenarnya ku alami biasanya mereka berbicara seolah-olah aku adalah anak remaja paling beruntung dan paling bahagia di sekolah ini, karena apa yang aku inginkan selalu aku dapatkan,tinggal di rumah mewah yang memiliki fasilitas serba canggih, ke sekolah selalu di antar jemput menggunakan mobil mewah yang harganya sudah pasti sangat mahal, memakai peralatan sekolah yang edisinya terbatas, mempunyai handphone dengan edisi terbaru, semua memang ku miliki, namun anggapan mereka sangatlah salah aku memang punya semuanya  tapi  satu hal yang tidak ku dapatkan cukup sederhana hanya kasih sayang dan perhatian dari kedua orang tuaku. Bagiku mama dan papa adalah orang yang paling sibuk di dunia. Karena sibuk dengan urusan bisnis mereka sama sekali tidak memperdulikan aku, sepertinya aku lebih dekat dengan asisten rumah tanggaku yang semenjak aku kecil selalu menjagaku ketika mama dan papa pergi ke kantor. Dia lebih mengerti apa yang aku butuhkan di bandingkan dengan mama dan papaku sendiri. Jenuh akan keadaan seperti ini sudah pasti, tapi aku hanya bisa diam tanpa bisa mengungkan betapa rapuhnya aku tanpa mendapatkan apa yang sebenarnya menjadi hak ku, perhatian dan kasih sayang yang seharusnya mama dan papa berikan untukku. Mungkin bahkan aku terbaring koma di rumah sakitpun mereka tidak peduli, karena bagi mereka hal yang terpenting hanyalah perkerjaan dan pekerjaan “bussiness is very important , calm down Viola”. “mama dan papa sayang viola , dah violaku” kata-kata itu yang selalu mereka ucapkan ketika aku menghubungi melalui telepon, mereka selalu menutup telepon sebelum aku selesai berbicara dan menyampaikan apa yang menjadi inginku. Dengan alasan mereka sedang sibuk. Sibuk?apa itu sibuk?tak terhitung kata sibuk yang terucap dari bibir mama dan papa. Aku sudah bosan mendengar semua alasan yang mereka ucapkan ketika aku berusaha untuk menceritakan semua perasaan yang membuatku selalu meneteskan air mata. Ketika aku berbicara “mama dan papa hanya mencintai pekerjaan, viola bahkan tidak ada artinya di mata kalian”. Mereka hanya menjawab dengan santai, bahwa mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhanku “it’s all for u baby” bukan berarti mereka mengganggap aku tidak  berarti tapi semua ini mereka lakukan semata-mata hanya untuk membahagiakan aku. Sungguh lucu bukan?membahagiakan dengan cara konyol apa ini, aku bahkan seperti berada dalam sebuah keluarga. Menangis mungkin sudah menjadi gemeran bagiku, karena hanya dengan menangislah beban pikiran ku menjadi sedikit berkurang.
Hidupku begitu menyedihkan, hidup dalam kemewahan tapi tak pernah merasakan kebahagiaan. Mungkin ketika aku kecil mama dan papa menyerahkan segala kebutuhan ku kepada bibi. Aku tak mengerti betul tentang semua itu. Mungkin jika aku punya banyak sahabat aku bisa sedikit melupakan kesedihan ku ini. Tapi angan ku tak seindah kenyataan. Memang aku punya teman, tapi tak ada yang mau terlalu dekat dengan ku karena kata orang tua mereka aku dan teman-teman ku mempunyai kehidupan yang jauh berbeda dan perlahan mereka menghindar dari ku. Sehingga jika di sekolah aku melakukan semua kegiatan sendirian. Sampai pada suatu ketika, aku melangkahkan kaki menyelusuri jalan menuju rumah sepulang sekolah. Ini kali pertama aku berjalan sejauh ini. Karena seperti biasa aku selalu di manjakan dengan berbagai fasilitas yang mama dan papa berikan. Namun, hari ini aku ingin merasakan sesuatu yang berbeda aku ingin merasakan apa yang dirasakan orang-orang dengan ekonomi yang pas-pasan. Aku meminta pak supir untuk pulang terlebih dahulu dengan alasan ada eskul tambahan. “gak papalah  bohong toh cuma kali ini” itu kata-kata yang ku ucap setelah berdebat dengan pak supir. Tanpa kusadari ketika aku berjalan ada sesuatu yang menghantam tubuhku hingga aku tak sadarkan diri. Aku merasa tidur dalam waktu yang cukup lama. Dalam tidurku aku seperti mendengar suara tangis dan berbagai kata penyesalan yang sepertinya sangat familiar di telingaku. Ketika aku perlahan membuka kedua mataku, saat itu kepala ku terasa sangat pusing mataku tak dapat melihat dengan jelas. Perlahan, terlihat bayang-bayang wajah dua orang yang sepertinya aku kenal. Ketika mataku sudah bisa melihat dengan jelas. Aku melihat dua orang yang aku benci sekaligus orang yang sangat aku cintai. Kedua orang itu adalah mama dan papaku sendiri. Kenapa mata mereka terlihat merah dan bengkak? Apa yang sudah terjadi selama tidur panjangku?kenapa mereka terlihat begitu sedih dan mempunyai waktu untuk ku? Itulah beberapa pertanyaan yang tersirat di benakku. “ada apa ma pa? Kenapa mama dan papa menangis?apa sudah terjadi?” tanyaku dengan memaksakan senyuman. “maafkan mama dan papa vio, kami memang bukan orang tua yang baik. Ternyata kami salah yang paling di butuhkan seorang anak adalah perhatian dan kasih sayang dari kedua orang tuanya bukan semua fasilitas super mewah yang kami berikan kepada kamu, kecelakaan yang kamu alami hingga koma selama satu bulan menjadi suatu tamparan keras bagi mama dan papa! ” jawab mama berurai air mata. “iya vio, papa dan mama sangat menyesal karena telah lalai mejaga mu. Kami adalah orang tua paling bodoh”. Aku seperti berada di alam mimpi. Baru kali ini mama dan papa berbicara dalam waktu yang lama denganku. Biasanya tak cukup lima menit mereka selalu meninggalkan dan menutup telpon ku ketika aku belum selesai berbicara. Ternyata pada saat aku berjalan sendiri sepulang sekolah ada truk yang menabrak ku, sehingga aku terlempar beberapa meter dari badan jalan. Aku mengalami memar di bagian kepala ku, yang menyebabkan aku tak sadarkan diri dalam waktu yang sangat lama. Beruntung aku di berikan kesempatan untuk hidup. Mungkin tuhan masih menyayangiku. Tuhan tak membiarkan ku untuk terlindas oleh truk besar itu, mungkin ini adalah suatu cara untuk aku merasakan kebahagiaan yang selama ini menjadi doa di setiap sujudku. Walau aku harus mengalami kecelakaan. Tapi aku tetap bersyukur karena kecelakaan ini bisa merubah mama dan papa menjadi sangat perhatian terhadap aku. Dan dengan kejadian ini, mereka bisa mengakui semua kesalahannya.
Di rawat selama 1 bulan lebih di rumah sakit bukanlah hal yang menyenangkan. Jarum suntik yang menembus kulitku hampir di setiap bagian tubuhku, selang infus yang selalu setia di sampingku yang menghambat setiap gerakku, obat-obatan yang seakan-akan menjadi sahabatku. Semua terasa begitu sulit, aku ingin segera merasakan kebebasan. Hal yang paling kuharapkan untuk saat ini adalah bisa secepatnya keluar dari tempat yang di hiasi dengan berbagai jenis obat dan peralatan untuk penyembuhan pasien ini. Dan tiba saat yang ku nanti, yaitu kepulangan ku dari rumah sakit. Aku merasa sangat bahagia karena bisa terbebas dari alat-alat yang menyakiti tubuhku. Setelah aku pulang dari rumah sakit, keadaan sangat berubah. Mama dan papa menjeputku. Aku berpikir awalnya hanya bibi yang menjeput ku karena aku pikir mama dan papa hanya berbohong demi kesembuhan ku saat pertama kali aku terbangun dari koma. Keadaan di rumah begitu berbeda mama dan papa sering terlihat dirumah. Bahkan, pagi-pagi ketika aku terbangun hanya papa yang bersiap untuk berangkat ke kantor lain halnya dengan mama. Mama terlihat sibuk di dapur  membuat hidangan yang lezat untuk aku dan papa. Suatu keajaiban baru pertama kali aku melihat mama memasak di dapur dan hanya mengerjakan sendiri tanpa bantuan bibi. Ya, semenjak kejadian di rumah sakit mama memutuskan untuk berhenti manangani perusahaan secara langsung dan memberikan kursi kepemimpinan kepada orang kepercayaannya. Sedangkan papa memutuskan untuk membagi waktu antara pekerjaan dan waktu untuk keluarga. Papa sekarang juga segara pulang ketika urusan dengan teman bisnisnya selesai, selebihnya dia memberikan kepercayaan pada bawahannya. Hidupku yang sekarang terasa sangat sempurna. Tuhan memang adil, dan selalu punya cara untuk memberikan kebahagiaan kepada setiap makhluk ciptaanya. Aku mama dan papa hidup bahagia tanpa adanya tangisan, kalau pun ada hanya air mata bahagialah sanggup menetes di pipi ini. Sekarang aku bisa berbagi masalah dan cerita kepada mama karena waktu mama hanya di berikan untukku. Dengan adanya perhatian dari mama dan papa aku bisa lebih santai menghadapi semua sikap kurang baik dari teman-teman di sekolahku. Ternyata tuhan selalu berada dekat dengan kita dan mendenger setiap doa yang kita ucapkan . Banyak hal yang direncanakan-Nya untuk setiap makhluk ciptaanya meski harus berurai dengan air mata tapi aku merasa sangat berterimakasih kepada tuhan karena telah mendegarkan doaku. Memang benar apa yang selalu di bicarakan oleh banyak orang kebahagiaan dapat kita rasakan jika kita mau berjuang melewati setiap ujian dan cobaan yang di berikan tuhan kepada kita. Karena setiap kesulitan yang di berikan adalah jalan untuk kita merasakan kebahagiaan dalam kehidupan.

Komentar

Postingan Populer