Pohon Yang Kuat Takkan Roboh Meskipun di Terpa Badai

Tak terasa tahun berlalu begitu cepat hari demi hari seperti di telan waktu . Tak terasa sudah cukup lama kami hidup dalam penderitaan. Hidup dengan segala kekurangan bahkan untuk makan pun susah kami dapatkan. Hal ini sudah berlangsung  6 tahun lamanya setalah  ayah pergi untuk selama-lamanya dari dunia ini. Aku , ibu , dan dani hidup dalam lautan air mata. Kesulitan yang selalu datang silih berganti menghampiri keluarga yang kekurangan satu anggota keluarga ini.  Dan membuat aku tak mengerti dengan makna kata kebahagiaan. Dulu sebenarnya sebelum ayah meninggal kehidupan kami bisa di bilang layak. Walaupun ayah hanya seorang buruh pabrik. Tapi, kami tidak hidup dalam kesusahan seperti sekarang, ya setidaknya kami bisa makan yang cukup setiap harinya. Dan aku bersekolah seperti anak-anak seumuran ku di sekolah yang layak dan nyaman untuk aku menuntut ilmu. Tanpa ada beban untuk mencari makan setiap harinya. Tugas ku hanya belajar dan bermain dengan teman-teman di sekitar kontrakan ku .Ayah meninggal ketika aku masih berumur 12 tahun dan masih duduk di bangku kelas 6 sekolah dasar.  Ayah pergi meninggalkan kami disaat aku sedang sibuk-sibuknya dengan berbagai ujian percobaan sebelum ujian kelulusan dari sekolah dasar, saat itu hanya 2 minggu lagi aku akan menghadapi ujian nasional. Kepergian ayah adalah pukulan keras bagiku.
Aku tak mengerti apa sebenarnya penyakit yang di derita oleh ayahku. Baru akhir-akhir ini aku mengetahuinya dari ibu. Sebenarnya ayah terkena penyakit paru-paru yang disebabkan oleh pekerjaan yang di lakukan oleh ayah setiap harinya. Ayah bekerja di salah satu pabrik pembuatan kertas yang tentunya di tempat ayah bekerja sangat berbahaya karena banyak zat kimia untuk pengolahan kertas yang akan dihirup ayahku setiap harinya. Hampir 7 tahun ayah pergi namun rasa kehilangan masih menemani hari-hariku. Ayah adalah orang yang berarti di hidupku, dia tak pernah memarahiku. Meskipun begitu ayah adalah sosok orang yang sangat bijaksana dan selalu mengambil tindakan dengan pikiran yang jernih. Banyak pesan yang di sampaikan ayah kepadaku, sebelum ayah pergi dia aku sempat berbincang dengannya. “kamu adalah anak perempuan yang cantik dan cerdas, senyuman dan semangatmu mampu menghidupkan suasana sayang, dan satu pintaku nak jaga ibu dan adikmu dani jangan biarkan mereka meneteskan air mata bahkan di saat tersulit dalam hidup, terutama berjanjilah pada dirimu jika kamu tak akan menangis bahkan ketika ayah mu ini pergi jauh darimu. Jika kamu mau berusaha hal yang mustahil dapat kau ubah menjadi mungkin . Ingatlah semua kata yang ku ucap nak! Pohon yang kuat takkan roboh meskipun di terpa badai  . Ku yakin pada saatnya nanti kamu akan mengerti dengan apa yang ayah bicarakan ini kamu anak ayah yang paling cerdas dan kelak kamu akan menjadi perempuan yang sukses, meskipun banyak yang menjadi penghalang setiap anganmu tapi kamu bisa melaluinya dengan tenang. Ayah percaya itu.” Jelasnya panjang lebar. Pada saat itu aku belum mengerti betul apa yang di bicarakan ayah. Aku hanya mengangguk dan seolah mengatakan jika aku mengerti. Semua kata-kata ayah terekam jelas dalam ingatanku. Perlahan aku mengerti dengan apa yang di maksud oleh ayah.
Aku di berikan tanggung jawab yang sangat besar oleh ayah. Entah bisa atau tidak aku menjalani amanat ini. Tapi aku harus terus berusaha dan menjadikan kenyataan kata-kata yang seolah pertanda bahwa ayah ingin aku menjadi anak perempuannya yang terbaik. Anak perempuan yang kuat dan bisa menggapai apa yang menjadi inginku. Sekarang aku adalah seorang siswi kelas 3 jurusan IPA di salah satu SMAN di bandung. Aku selalu mendapatkan beasiswa pintar dan uang itulah yang ku gunakan untuk kelanjutan sekolah aku dan dani. Pernah selama satu hari penuh kami bertiga tak makan sesuap nasipun. Karena saat itu hujan dan ibu tak bisa mencuci pakaian para langganan nya dan aku tidak bisa bekerja mengantarkan susu kerumah para pemesan. Hasilnya kami bertiga harus menahan lapar dan berusaha tertidur walaupun dalam keadaan perut yang kosong.  Hari-hariku penuh di bebani dengan kesulitan hidup dan bagaimana caranya agar hidup kami bisa berlanjut meski harus bekerja dengan upah yang sama sekali tidak masuk akal jika di bandingkan dengan tenaga yang aku atau ibu habiskan setiap kali bekerja. Kami tinggal di kontrakan kumuh yang sangat kecil dan banyak bagian yang bocor dan membuat tubuh kami kedinginan saat tetesan air menimpa tubuh kami.
Kesulitan hidup mengajarkan ku untuk menjadi perempuan yang kuat. Dan memaksaku berfikir dewasa sebelum waktunya. Di bebani dengan berbagai masalah hidup yang tiada hentinya. Setelah aku lulus sma aku lulus sebagai calon mahasiswa di fakultas terbaik di UI menjadi mahasiswi undangan adalah mimpi banyak orang. Aku adalah salah satu yang sangat beruntung. Aku berusaha menjadi yang terbaik dan membuktikan bahwa aku  memang pantas mendapatkannya. Meski keinginan ku seketika dikristalkan oleh masalah hidup yang menerpa kehidupanku. Semangat hidupku muncul ketika aku mengingat apa yang di katakan oleh ayah. Aku memikul beban yang snagat berat  di pundakku saat ini. Tak terasa aku bisa mendapat gelar sarjana fashion designer . Dan dimulailah babak baru dikehidupan ku yang sekarang. Dengan semampuku aku akan berjuang demi mewujudkan apa yang inginku. Aku harus bisa sukses meski sekarang aku masih hidup dalam kesulitan. Tapi setidaknya ketika aku kuliah aku mendapatkan beasiswa yang jumlahnya sama sekali tak terbayang olehku. Jumlah yang sangat banyak itu ku peroleh setiap semesternya. Ku gunakan untuk keperluan kuliah dan sisanya ku tabung dan bisa menambah uang yang di peroleh ibu saat bekerja. Setidaknya ibu dan adikku bisa makan layak dan bisa pindah dari kontrakan kumuh kami yang lama. Ibu ku sewakan kontrakan yang lebih layak yang jaraknya tak jauh dari tempat tinggal kami dulu. Setidaknya kehidupan kami sudah sedikit membaik tak harus berada di jalanan dan tak punya uang untuk makan apalagi tempat untuk berlindung dari hujan dan panasnya terik matahari.
Ketika aku menjadi mahasiswi banyak sekali yang menggoyahkan tekad ku, banyak yang mengusik,mengejek,menghina,dan mencaci ku dengan kata-kata yang sangat tidak enak untuk di dengar. Namun, dengan kelemahan ku aku beruang untuk kuat dan selalu memikirkan apa yang menjadi tujuanku. Aku harus bisa menyelesaikan study ku sampai mendapat gelar sarjana. Inginku hanya satu, ingin mengangkat derejat dan mertabat keluargaku. Aku sudah muak dengan perlakuan orang-orang yang selalu merendahkan kami. Dipandang seperti sampah yang sama sekali tak ada harganya. Dan dimulaila pertualangan ku untuk mencari pekerjaan. Dengan bekal gelar sarjana tidak bisa di bilang mudah mencari pekerjaan di zaman yang serba di persulit ini. Kesana kemari aku mencari pekerjaan dan pekerjaan itu tak kunjung ku dapatkan. Dalam terik matahari yang rasanya menerobos sampai ketulang. Menelurusi setiap jalanan ibukota. Jauh dari ibu dan adik tinggal di satu kamar kos sederhana. Ya memang ketika aku mulai kuliah, aku memutuskan untuk menyewa satu kamar kos sederhana yang jaraknya dekat dengan kampusku. Entah apa yang menjadi masalah dalam diriku. Aku bingung kenapa tak ada yang mau menerima ku sebagai karyawan. Jadi office girl pun aku rela. Tapi sepertinya saat ini keberuntungan tak berpihak sama sekali.
Jenuh tentu aku rasakan. Selama seminggu aku memustuskan untuk tidak mencari pekerjaan dulu. Makan dengan apa yang ada memanfaatkan uang ku yang tersisa. Sulit ku lalui hidup tanpa ibu. Selama seminggu aku merenung dan memikirkan apa yang bisa kulakukan agar bisa menghasilkan uang setidaknya untuk aku bertahan di ibukota yang kejam ini. Aku berusaha untuk tidak menceritakan semuanya kepada dani ataupun ibuku. Aku tak ingin menambah beban pikiran mereka. Terlebih ibu sedang sakit, aku tak ingin menjadi beban pikiran ibu. Aku tak ingin sakit yang di derita ibu semakin parah karena aku. Sampai pada akhirnya kenapa tidak ku manfaatkan kepandaian menggambarku, paling tidak aku sudah terbiasa untuk membuat sketsa gambat untuk baju. Aku mencoba memikirkan mode yang bisa terlihat menarik dan bisa sesuai dengan trend saat ini. Selama seharian aku menumpahkan isi pikiran ku ke atas kertas dan untuk hari ini aku menyelesaikan banyak design. Sampai dua hari berikutnya pun aku masih melakukan hal yang sama. Selama 3 hari aku bekerja keras menyelesaikan banyak sketsa. Namun, aku bingung jika gambar ini sudah ku selesaikan akan aku apakan? Semua tak terpikir jelas di benakku. Sampai pada akhirnya aku terpikir untuk pergi ke salah satu butik ternama dan memebrikannya kepada pemilik butik tersebut. Namun, dia menanggapi sinis hasil kerja ku. Bukannya menerima aku sebagai pekerja disana, dia  hanya membalas pertanyaanku dengan muka masam. Aku mencoba untuk menguatkan hati dan berusaha menahan emosi yang seketika bisa saja meledak tanpa bisa ku kendalikan. Aku mencoba untuk mendatangi butuk lain nya, namun sayang sebagian besar mereka memperlakukan ku sama seperti pemilik butik yang pertama kali ku datangi.
Aku merasa mulai putus asa. Dan aku memutuskan untuk berhenti di salah satu kedai coffee. Ketika aku disana saat berjalan menuju kasir ada yang menabrakku dan coffee yang dia pegang membasahi hampir semua permukaan depan bajuku. Aku sangat terkejut. Dia berusaha untuk membersihkan dan meminta maaf padaku. Tak sengaja saat itupun kumpulan gambar sketsa yang ku pegang terjatuh dan ada sebagian yang basah karena juga terkena tumpahan coffie si pemuda yang menabrakku tadi. Kalo di perhatikan dia memang tidak sengaja karena ketika aku melihatnya ada pancaran aura yang menenangkan di wajahnya. Dan dia juga cukup tampan. Si pemuda itu mengajak aku untuk berkenalan “Beny, itu namaku tak enak rasanya sudah mengotorkan bajumu, sebelumnya bolehkah aku tau namamu?”. Entah ini dia lakukan karena rasa bersalah atau hanya modus, aku tak bisa mengerti karena selama aku hidup belum pernah aku mencoba untuk mengenali hal-hal tentang cowo secara detail. “aku Sofie” jawabku singkat dengan senyum tipis yang bahkan tak terlihat. Dia mengambil sketsa gambar ku yang terjatuh dan berusaha mengeringkan air yang membasahi sketsa ku itu. “maaf, kalo boleh tau kamu designer?”. Dia mengajakku duduk di salah satu meja yang kosong dan memesankan minuman untukku. Banyak yang kami bahas, entah kenapa aku merasa nyaman berbicara dengan dia. Caranya yang bisa membuat asyik suasana. Sampai aku menceritakan mengapa aku sampai ke kedai coffee setelah banyak kejadian buruk yang kualami.
Dia juga bercerita sedikit tentang pekerjaannya dan ternyata dia seumuran denganku. Dan juga tamatan UI. “mungkin karena UI terlalu besar sehingga kita tak pernah bertemu sebelumnya meski berada di satu kampus yang sama” ucapnya dengan sedikit tertawa. Aku hanya tersenyum dan mengangguk. Sesekali saat berbincang dengannya aku tertawa lepas. Entah kapan terakhir kali aku bisa tertawa lepas seperti ini, yang jelas sudah lama aku tak bisa tertawa lepas. Aku merasa aneh kenapa bisa aku dekat dengan pria yang bahkan baru ku kenali kurang dari satu jam ini. Dan pada akhirnya dia menawarkanku untuk menjadi designer di butiknya. Entah kebetulan apa ini bertemu dengan orang yang sebelumnya satu kampus denganku dan dia adalah jawaban besar atas kerja kerasku mencari pekerjaan di ibukota ini. Esok harinya aku di ajak pergi ke salah satu butik yang di beri kepercayaan oleh orang tuanya untuk membuat maju butik tersebut, karena itu adalah bentuk tes sebelum dia di beri kepercayaan penuh mengurus perusahaan ayahnya. Ternyata butik ini adalah salah satu butik yang aku datangi kemarin dan ternyata yang kemarin mengejekku cuma pegawai   bukan pemilik ingin rasanya aku tertawa melihat reaksinya saat melihat aku datang bersama bosnya. Wajahnya yang seakan tak percaya membuatku tertawa geli. Dia bersikap seolah-olah tak terjadi apa-apa.
Pada keesokkan harinya barulah aku bekerja di butik Beny. Dia sangat baik terhadapku dan selalu memuji hasil kerjaku. Aku merasa sangat betah bekerja disana sesekali terdengar omongan yang sangat tidak enak di dengar dari banyak pegawainya. Mereka sepertinya tidak menyukai  ku karena aku terlalu dekat dengan beny. Mungkin hanya sekedar rasa iri yang berlebihan. Ah, apapun itu aku tak peduli yang penting aku punya pekerjaan dan hasil kerjaku bisa di hargai tak di remehkan. Karena tujuan ku hanya untuk membuat ibu dan adikku keluar dari kemiskinan yang selama beberapa tahun menghantui kehidupan kami. Aku bekerja selama 1 tahun di tempat beny, dan selama 1 tahun banyak uang yang bisa ku tabung karena gaji yang ku dapat disana cukup besar. Pada akhirnya beny menyarankanku untuk membuka butik sendiri. Sekarang aku punya butik sendiri , butik sederhana yang hanya di kunjungi oleh orang biasa-biasa saja. Tapi itu adalah suatu kebanggan untukku. Beny bagai malaikat penolongku dia selalu sabar membantuku. Aku merasa berhutang budi padanya. Tahun demi tahun ku lewati berjuang keras merintis usaha yang sedang ku jalani. Tahun ke 3 aku barulah ibu dan adik aku pindahkan ke jakarta karena aku sudah bisa menyewa kontrakan dengan 4 kamar dan punya halaman yang cukup luas. Ya memang aku tidak punya uang cukup untuk membeli rumah untuk saat ini.

Kedatangan ibu dan adik seperti pil obat yang bisa menambah semangatku. Sedikit demi sedikit kehidupan ku mulai membaik. Dan setlah 5 tahun berkarier sebagai designer aku sudah  membangun 3 butik yang berkembang pesat. Butikku sekarang tak ahanya di kunjungi ole orang kalangan biasa tetapi para pengunjungnya banyak juga dari kalangan berkantong tebal. Tak hentinya aku berterimakasih kepada allah swt yang telah mengangkat derejat keluargaku. Terimakasih ayah, kamu adalah sosok ayah yang paling hebat hanya dengan amanat sebelum kepergianmu mampu membuatku menjadi perempuan yang sukses dalam usia mudaku. Ibu dan adikku adalah orang yang berpengaruh dalam perjalanan hidup selama merintis karier. Beny dia malaikat penolong yang di turunkan tuhan untukku, tak bisa ku balas setiap kebaikkannya kepadaku. Selain baik terhadapku dia juga menyayangi ibu dan adikku. Sampai saat ini aku masih sekedar sahabat baik dengan beny. Tapi takdir tak bisa ku ketahui. Mungkin pada akhirnya akan berlanjut pada hubungan yang lebih. Jika tuhan mengizinkan. Benar semua perkataan ayah “Jika kamu mau berusaha hal yang mustahil dapat kau ubah menjadi mungkin”. Dan sekarang aku mengerti dengan setiap kata yang terucap dari bibir mu ayah. Aku telah menemukan semua jawabannya. Pohon yang kuat takkan roboh meskipun di terpa badai.

Komentar

Postingan Populer